Yohanes 10:11-18 ; Ringkasan Khotbah Pdt. Mary Shi; Minggu, 31 Maret 2019
Pada saat Tuhan Yesus menyatakan Diri-Nya: “Akulah gembala yang baik,” ini berarti Yesus menyatakan ada kualitas tertentu yang dimiliki oleh Sang Gembala tersebut sehingga ia disebut sebagai “Gembala yang Baik.” Kualitas dari seorang gembala yang baik ialah:
Pertama, Ia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya.
Pada bagian ini Tuhan Yesus mengkontraskan gembala yang baik dengan mereka yang ha- nyalah seorang upahan. Para upahan ini bukan pemilik domba dan mereka tidak memperhatikan domba-domba tersebut (ay. 13). Bahkan ketika ada serigala datang, mereka akan meninggalkan domba-domba itu lalu lari karena yang mereka perhatikan ialah diri mereka sendiri (ay. 12). Lain halnya dengan gembala yang baik, karena gembala yang baik justru memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Yang menjadi fokus dari gembala yang baik ialah domba-dombanya dan bukan diri mereka sendiri. Itulah sebabnya ketika serigala datang maka gembala tersebut akan memberikan nyawanya sebagai pengganti agar domba-dombanya tidak dimangsa. Inilah juga yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika Ia mati menggantikan hukuman dosa kita di atas kayu salib. Kita yang seharusnya binasa karena dosa-dosa kita, namun Tuhan Yesus memberikan Diri-Nya untuk menanggung dosa-dosa kita. Jadi, ketika Tuhan Yesus berkata: “Akulah gembala yang baik,” maknanya ialah “Tuhan Yesus memberikan nyawa-Nya supaya kita memiliki hidup yang kekal.”
Kedua, Ia mengenal domba-domba-Nya.
Di ayat yang ke-14, Yesus menegaskan bahwa sebagai gembala yang baik, Ia memiliki kualitas yang unik yakni Ia mengenal domba-domba-Nya. Biarpun domba-domba kelihatannya hampir sama semuanya namun gembala yang baik dapat melihat perbedaan antara domba yang satu dengan domba yang lain. Hal ini menunjukkan ada pengenalan yang dalam dari Sang Gembala terhadap domba-dombanya sehingga ia dapat mengenal setiap dombanya. Bukankah ini adalah berita yang sangat indah karena Tuhan Yesus mengenal setiap kita? Saat Tuhan mengenal kita, ini juga berarti Ia tahu dengan jelas semua pergumulan, kepahitan, kekecewaan, dan bahkan semua kebutuhan kita. Lalu mengapa kita harus kuatir seakan-akan kita berjuang sendiri di dunia ini tanpa ada yang menolong kita?
Selain itu, di ayat 14 juga ada bagian yang indah yakni ada frasa “dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Ini berarti seharusnyalah domba-domba mengenal gembalanya, mengenal suara gembalanya.
Pertanyaannya ialah: “Kenalkah kita dengan gembala kita? Kenalkah kita dengan suara gembala kita?” Jangan sampai kebisingan dunia dan hiruk pikuk kesibukan kita membuat kita kurang mengenal gembala kita dan bahkan tidak dapat lagi mendengar suaranya.
“Akulah gembala yang baik,” merupakan panggilan dari Tuhan Yesus untuk kita selalu berdekat dengan-Nya, semakin mengenal Sang Gembala Agung kita, dan semakin mempercayakan hidup kita di tangan Sang Gembala tersebut. Maka kita akan berkata seperti Raja Daud di dalam Mazmur 23: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.”